Rabu, 15 Februari 2012

HANYA NARASI , SEKEDAR NADA, dan SEBUAH NOSTALGIA


Hanya secarik kertas putih dalam genggamku saat ini, kawan. Aku dapat merasakan sebuah percekcokan yang terjadi antara hati dan batinku. Entah, lambat laun aku mulai merasa ada getaran yang semakin lama semakin kuat terus menggertakku untuk melakukan hal-hal bodoh yang terkesan beringas. Tidak, kawan. Aku mencoba berontak, tak pernah terbayang dalam anganku akan melakukan hal bodoh semacam itu. Dan tanpa berfikir panjang akhirnya aku memutuskan untuk menyampaikan berita ini padamu, kawan. Dengan menggoreskannya pada kertas putih dalam genggamku.
Ikutlah denganku, kawan. Ikutlah bersenandung bersamaku. Memainkan sebuah irama nan indah, melody nan permai, dengan nada ibarat symphoni. Duduk bersamaku di antara sebuah tirai merah jambu dengan lambaian sang bayu yang sekali dua kali menghempaskan hamparan nyiur yang seolah-olah turut girang gembira oleh cekikikan tawa yang terdengar sendu olehmu, kawan. Kau lihat itu kawan?. Sebuah bunga dahlia yang jemawa, kembang mawar yang mulia halus dan gerbera yang merah angkuh. Lihat kawan!. Semuanya indah, ke mana sekalipun kita memandangkan mata. Permai permainan awan di lereng dan di puncak gunung yang meninjau mata. Permai pemandangan ke sawah yang menghijau bertingkat-tingkat di bawah menjadi sebuah penghias mata ketika kita melontarkan pandangan nun jauh terhempas di sana. Kau tau kawan?. Disini segala serba luar biasa seolah-olah ada kekuatan yang luar biasa tersembunyi di tanah tempat tumbuh-tumbuhan yang permai membenamkan akarnya.
Semakin lama hatiku semakin bergembira bersenandung bersamamu, kawan. Ringan menari, menjejakkan kaki di atas tanah. Aku dapat merasakan kenangan lama yang pernah aku rasakan bertahun-tahun yang lalu membaru kembali, menimbulkan perasaan yang amat suka dan ria. Bersamamu kawan, hanya bersamamu. Mendengar gelak tawamu, serasa dapat menembus kesunyian malam. Namun ada pula kalanya kita bertengkar bertukar pikiran, dengat mata yang bercahaya-cahaya, suara yang tetap, penuh kegembiraan dan kepercayaan. Dan akhirnya tak terasa petualangan ini membuatku lupa akan jalannya waktu, kawan.
Aku memutuskan untuk kembali dengan melewati jalan yang tiada putus-putus berbelok-belok menurun menuju ke bawah, hutan yang hijau dan tebing sepanjang jalan. Akhirnya pandanganku tertuju pada pemandangan yang dahsyat ke arah lautan samudra yang biru disinari matahari, semuanya meninggalkan garisan perasaan keindahan yang tiada mungkin terhapus lagi dari anganku. Dan di tengah-tengah keindahan yang aku lalui timbul dalam kalbu persaaan kesentosaan yang hanya terdapat pada seseorang yang percaya dan yakin akan kekuatan diri dan rahmat yang mengelilinginya. Aku sama sekali tak menyaksikan gejolak, yang ada hanyalah barisan air laksana laskar putih. Aku tak temukan pasang karena langkahku begitu lurus. Hingga akhirnya aku berpijak dimana tempat mimpi kutabur dan tempatku belajar tentang makna sebuah perjuangan.
Detik ini, aku masih berdiri kawan. Mengagumi dan mengenang beribu rasa yang pernah kita rasakan bersama. Untuk memunguti sisa-sisa perjuangan agar kelak dapat menjadi teman, dalam kesendirianku. Yang setiap aku rindu, akan kurilis kembali, pada kamar rekaman mimpi. Yang ada hanya, AKU dan DIRIMU, kawan. Karena dalam mimpi inilah kutemukan duniaku. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar