Hanya
secarik kertas putih dalam genggamku saat ini, kawan. Aku dapat merasakan
sebuah percekcokan yang terjadi antara hati dan batinku. Entah, lambat laun aku
mulai merasa ada getaran yang semakin lama semakin kuat terus menggertakku
untuk melakukan hal-hal bodoh yang terkesan beringas. Tidak, kawan. Aku mencoba
berontak, tak pernah terbayang dalam anganku akan melakukan hal bodoh semacam
itu. Dan tanpa berfikir panjang akhirnya aku memutuskan untuk menyampaikan
berita ini padamu, kawan. Dengan menggoreskannya pada kertas putih dalam
genggamku.
Ikutlah denganku, kawan. Ikutlah
bersenandung bersamaku. Memainkan sebuah irama nan indah, melody nan permai,
dengan nada ibarat symphoni. Duduk bersamaku di antara sebuah tirai merah jambu
dengan lambaian sang bayu yang sekali dua kali menghempaskan hamparan nyiur
yang seolah-olah turut girang gembira oleh cekikikan tawa yang terdengar sendu
olehmu, kawan. Kau lihat itu kawan?. Sebuah bunga dahlia yang jemawa, kembang
mawar yang mulia halus dan gerbera yang merah angkuh. Lihat kawan!. Semuanya
indah, ke mana sekalipun kita memandangkan mata. Permai permainan awan di
lereng dan di puncak gunung yang meninjau mata. Permai pemandangan ke sawah
yang menghijau bertingkat-tingkat di bawah menjadi sebuah penghias mata ketika
kita melontarkan pandangan nun jauh terhempas di sana. Kau tau kawan?. Disini
segala serba luar biasa seolah-olah ada kekuatan yang luar biasa tersembunyi di
tanah tempat tumbuh-tumbuhan yang permai membenamkan akarnya.
Semakin lama hatiku semakin
bergembira bersenandung bersamamu, kawan. Ringan menari, menjejakkan kaki di
atas tanah. Aku dapat merasakan kenangan lama yang pernah aku rasakan
bertahun-tahun yang lalu membaru kembali, menimbulkan perasaan yang amat suka
dan ria. Bersamamu kawan, hanya bersamamu. Mendengar gelak tawamu, serasa dapat
menembus kesunyian malam. Namun ada pula kalanya kita bertengkar bertukar
pikiran, dengat mata yang bercahaya-cahaya, suara yang tetap, penuh kegembiraan
dan kepercayaan. Dan akhirnya tak terasa petualangan ini membuatku lupa akan jalannya waktu,
kawan.
Aku memutuskan untuk kembali dengan
melewati jalan yang tiada putus-putus berbelok-belok menurun menuju ke bawah,
hutan yang hijau dan tebing sepanjang jalan. Akhirnya pandanganku tertuju pada
pemandangan yang dahsyat ke arah lautan samudra yang biru disinari matahari,
semuanya meninggalkan garisan perasaan keindahan yang tiada mungkin terhapus
lagi dari anganku. Dan di tengah-tengah keindahan yang aku lalui timbul dalam
kalbu persaaan kesentosaan yang hanya terdapat pada seseorang yang percaya dan
yakin akan kekuatan diri dan rahmat yang mengelilinginya. Aku sama sekali tak menyaksikan gejolak, yang ada hanyalah barisan air laksana
laskar putih. Aku tak temukan pasang karena langkahku begitu lurus. Hingga akhirnya aku
berpijak dimana tempat mimpi kutabur dan tempatku belajar tentang makna
sebuah perjuangan.
Detik ini,
aku masih berdiri kawan.
Mengagumi dan mengenang beribu rasa yang pernah kita rasakan bersama. Untuk memunguti sisa-sisa perjuangan agar kelak
dapat menjadi teman, dalam kesendirianku. Yang setiap aku rindu, akan kurilis kembali, pada kamar rekaman mimpi. Yang ada hanya, AKU dan DIRIMU, kawan. Karena dalam
mimpi inilah kutemukan duniaku. ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar