Kuterima berita bulan terjelajah insan
Maka cuma satu debu tiada angin lalu
Pudar dongeng-dongeng di benakku
Dalam doa di malam sepi
Setelah malam sunyi
Kutatap bulan sendiri
Mataku tak kuasa
Menatap benda di langit itu
Pada suatu bulan terang
Ketika berpusing pusaran cinta
Ketika telah kutahu isyarat sebuah makna
Kudengar bulan disebut sasadara
Di malam sunyi sayu
Betapa berat menggenggam rindu
Membiaskan senduku ke pusaran
Cinta kepada perawan ayu
Yang terlunta tak berdaya
Membinasakan sumringah antara retak rengkah
Terbayang akan sekujur tubuh yang legang oleh pusaka
Menangkapi sosok paruh baya dalam perjuangan di
ujung nelangsa
Yang
terjebak dalam hubungan kelam pekat
Hanyut dalam butir-butir narotika
Bersama lampu-lampu beribu warna
Untuk mengisi nafsu birahi dalam gairah semu
Namun saat ini gerangan yang kau temui
Penyakit itu kembali menelan mangsa
Merayap menyusup menjajah sejuta korban tanpa daya
Kau setia bersemayam
Bisu tapi pasti
Membawa sajak maut dalam kemelut
Hingga akhirnya menggema tembang megatruh
Meneduhi jutaan liang lahad mangsamu
Kali lain sejumlah liang lahad akan tergali kembali
Di tepinya kau merambat
Atau dengan sejuta sajakmu
Liang menganga menanti waktu
Kau yang selalu berselubung dalam laknat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar